CERPEN : Pulang (Bagian 1)

Pulang
            Kutatap langit-langit kamar yang putih polos dan hanya dihiasi oleh lampu sembari merebahkan diri di kasur yang empuk, rasanya nyaman dan cukup membantu untuk menghilangkan rasa penatku pada jadwal kegiatan hari ini. Rasanya, aku ingin keluar bersantai dan menikmati langit yang sesungguhnya. Langit biru yang bertabur jutaan bintang. Sayangnya, bintang sudah jarang terlihat di perkotaan ini, berbeda dengan di daerahku, jadi rindu.
‘KRIINGGG’
Aku mendengar telepon genggam ku berdering, sangat malas ku angkat.
‘KRINGGG’
Hush, mengganggu istirahatku saja ku rampas telpon genggam disampingku. Duduk, lalu tarik napas dalam-dalam, buaang huhhh.

“Iya? Hallo?” kata aku dengan santai, tenang, dan berusaha terdengar ramah.

Hallo Val!” sahutnya dengan semangat, aku rasa ini pasti Reni 

“Ini aku. Reni. Nomorku baru, Val” jawabnya, sudah kuduga ini Reni, suaranya khas dan nada bicaranya yang selalu ceria padahal ini sudah malam

“Hmm iya Ren, ada apa?”

“Jangan lupa yaaa, besok kita kumpul di aula pukul 2 siang. Ada latgab, tadi informasinya mendadak, jadi aku telpon kamu, takutnya kamu ngga cek grup chat.”

“Oh ya? Kebetulan aku memang belum periksa handphone dari tadi, hehehe. Latihan gabungan sama komunitas mana?” tanyaku penasaran, aku memang kurang suka memainkan handphone, jadi tak aneh jika aku sedikit terlambat mendapat informasi. Aku harap kalian maklum.

“Yaa itu deh, biasa..” jawabnya, terdengar sedikit malas manyebutkan. Aku tahu.

“Kayaknya, besok aku gak bakalan dateng deh Ren”

“Lhoo? Kenapa? Gara-gara latgab?” jawabnya dengan nada merengek

“Bukaan Ren, besok aku ada jadwal kulliah, tepat pukul 2 siang, hehe.” jelasku. Terdengar helaan napasnya di telepon.

“Yhaaa. Ya sudah, nanti aku beri tahu teman-teman deh.” ucapnya dengan nada yang sepertinya kecewa. Aku kurang paham.

“Maaf yaa. Tapi, terima kasih sudah memberi tahu.” sahutku dengan nada gembira, untuk memulihkan semangatnya.

“Terima kasih kembali, Valra. Aku tutup yaa, malam.” 

“Malam.”

            Reni adalah teman dekatku sejak saat ospek. Dia tinggi, putih, pokoknya  perempuan yang anggun apalagi ditambah pakaian tertutup dengan gaya kerudung andalannya, cantik, dan selalu ceria. Dia sangat ekspresif di depanku, pokoknya kalau dia bercerita, pasti seru. Kalian harus bertemu orang sepertinya. Itu sekilas tentang Reni.
Sekarang, aku memejamkan mataku kembali, sejenak beristirahat sebelum mulai mengerjakan tugas kampusku.
‘KRINGG’
Telponku kembali bebunyi, namun saat ini menunjukkan permintaan panggilan video, layarnya menunjukkan nama kontak yang saat ini ku rindukan. Ibu.

“Assalamualaikum Ibu, Valra kangeeen.” 

Waalaikumsalam nak, kebiasaan deh kamu kalau Ibu telpon pasti merengek seperti itu.” Katanya. 

“Ibuuu bagaimana aku tidak merengek, aku rindu berada di rumah” tadinya ingin ku katakan seperti itu, tapi aku tidak mau membuat ibu jadi khawatir. Jadi aku hanya menjawab,

“Hmm” ucapku dengan menunjukkan ekspresi cemberut seolah dengan itu aku katakan inginku.

Kamu sudah pulang? Maksud Ibu, tidak akan kemana-mana lagi?

“Sudah bu. Iya.”

Makan malam hari ini menunya apa?

“Mie goreng mungkin Bu, hari ini Valra cape banget, jadi gak sempat beli makanan.”

Jangan kebanyakan makan mie, sayang. Bahan masakan memangnya habis?”

“Masih ada kok Bu.”

Kalau kamu malas masak, pesan makanan dari luar saja, tapi jangan junk food ya, ibu gak mau kamu sakit.

“Nanti Valra masak Bu, hehehe”

Masak apa?

“Masak mie, hehe” jawabku jahil. Entah kenapa layar teleponku menjadi gelap dan bergoyang? Seperti ada yang merebut, tapi ibu kan di rumah, mungkin kah kalau dirampok? Ibu, jangan buat aku khawatir. Mungkin aku berlebihan, tapi rasa rindu yang membuatku cemas. Sampai sekarang masih saja layarnya hitam.

Heh kamu!” tiba-tiba wajah ayah muncul dengan ekspresi yang dibuat semenyeramkan mungkin oleh nya, membuat kaget karena seluruh wajahnya memenuhi layar telepon-ku

“Ayaahh!” ucapku merengek

Kaget yaa? Hahaha.” ucap Ayah dengan gelak tawanya. Gelak tawa ayah dan ibu yang ku rindukan. Ooh jadi, sedari tadi layar ini gelap dan hitam karena ayah mengambilnya.

Nanti ayah pesankan makanan ya, kamu jangan makan mie terus.” Sambungnya dan menegaskan kembali bahwa aku tidak boleh makan mie.

“Gak apa-apa Ayah, gak usah hehe, nanti aku masak sendiri.” lagian bagaimana mungkin Ayah memesankan makanan dari Bandung lalu diantar kemari? Sebenarnya mungkin bisa sih,jadi ayah memesankan makanan di outlet daerah sini.

Jangan mie yaaa. Awas lhooo.” wajah Ayah berubah jahil, dan sekarang ada ibu di sampingnya sedang memaksa agar wajahnya bisa terlihat di layar. Mereka lucu dan romantis, jadi kumat lagi deh rindunya.

“Iya Ayah, Ibu.” Ucapku dengan senyuman. 

Sekarang, kamu cepet makan ya

Ayah sudah dulu ya, kasian Valra mukanya lelah begitu, dadah sayang, salam rindu dari ayah dan ibu. Wassalamualaikum.” Ucap ibu sambil berdadah di kamera, begitupun ayah di sampingnya.

Waalaikumsalam.” ucapku sambil tersenyum simpul, menahan tangis sebenarnya. Rasa rindu ini malah semakin membludak ketika aku bertatap muka dengan Ayah dan Ibu. Jika kata Dilan (Dilan adalah tokoh dalam novel berjudul ‘DILAN’ karya Pidi Baiq) rindu itu berat. Memang benar! Rindu itu berat dan aku harus kuat. Ayah, ibu, aku ingin pulaaang.
Dengan segera aku membersihkan badanku, makan, kemudian mengerjakan tugas agar aku bisa terlelap dengan nyenyak.
~~~
            Alarm jam ku berbunyi, menunjukan pukul dua dini hari, saatnya untuk sholat tahajud dan membaca buku. Bergegas aku melaksankannya, lalu kemudian aku tertidur kembali dan terbangun pada pukul empat  subuh. Sudah menjadi pola tidurku dan sejauh ini aku merasa baik-baik saja. Hari ini ada jadwal kuliah pagi, jadi aku harus segera berangkat ke kampus.
~~~
            Jam pertama ku lewati dengan mulus, dosen lagi-lagi memberi tugas kelompok, aku satu kelompok dengan Sarah. Sedikit kurang beruntung, tapi untungnya saat itu dosen sedang berbaik hati hehehe, waktu pengumpulan tidak terlalu mepet, sekitar satu minggu sebelum atau sesudah UAS, makin cepat makin baik katanya. Jadi mungkin setelahnya aku bisa pulang. Yaaay, senangnya membayangkan aku berada kembali di rumah dan berlibur di sana.
Sedikit informasi, hari ini ada beberapa mata kuliah, sekarang tinggal menunggu yang terakhir. Menunggu pukul dua siang lama juga, jadi kuputuskan untuk pergi ke kantin sambil memeriksa kembali tugas yang akan dikumpulkan dan juga ngemil tentunya.

“Hai Val.” Reno laki-laki ini langsung duduk di depanku. Dia adalah teman dekatku setelah Reni, duo R. Reno baik, tampan hehehe, dia juga beberapa kali menyelamatkanku dari kebingungan bagaimana harus pulang alias dia suka menjemputku atau juga Reni mungkin? Dia juga putih, terawat, tidak seperti kebanyakan anak lelaki. Satu lagi, dia wangi.

“Hai Reno.” 

“Sibuk amat neng.” Katanya yang sekarang tangannya sedang usil memainkan sedotan pada jus jambu milikku.

“Ngga juga.” jawabku yang kemudian menatapnya dengan tatapan ‘ada apa?’

“Jangan menatapku seperti itu, nanti aku jatuh cinta” katanya sambil balik menatapku. Tatapannya teduh. Aku suka.

“Yeeee, apaan sih ala-ala novelis banget” ucapku sambil mengusap wajahnya dengan kasar, dia memberenggut. Terlihat lucu. Eh aku ini kenapa.

“Kamu lagi ngapain sih? Aku lihat akhir-akhir ini main laptop terus, waktu istirahat, waktu kumpulan, sibuuuk banget gitu keliatannya.” Protesnya yang memang sering aku abaikan ketika sedang mengerjakan tugas.

Segera ku tutup laptop, setelah sebelumnya aku pilih mode ‘sleep’. Lalu, ku tatap wajahnya dan bersiap menjelaskan.

“Gini ya Reeen.... ak..”

“Apaaa” potongnya

“Santai dong mas-nya hehe, dengerin dulu. Aku tuh dari kemarin emang lagi nyicil ngerjain tugas, biar cepet selesai. Karena aku punya target, setelah UAS aku harus bisa pulang. Jadi, semua tugas kelompok, aku selesaikan bagianku.”

“oooooh.”

Aku membuka laptop lagi, tapi dia menahan tanganku.

“Ngobrol bentar aja tanpa sambil ngerjain tugas bisa? Lagian kita jarang ketemu.”

“Oke.” Aku langsung mengambil posisi siap mendengarkan ceritanya.

“Kamu tahu ngga? Aku tuh kangen sama kamu sama Reni, kita udah jarang banget ngumpul semenjak aku pacaran sama Anggi, dia tuh ....”

Dia terus bercerita mengenai kehidupannya setelah dia berpacaran dengan Anggi yang sangat posesif sekali padanya, aku gunakan dua kata yaitu ‘sangat’ dan ‘sekali’ agar kalian terbayang dan tahu betapa posesifnya Anggi. Reno bilang, dia bilang rindu kebersamaan kami, sayangnya Reni tidak ada di sini, kalau ada pasti langsung senang dan mengajak jalan-jalan saat itu juga. 

“Reno... kamu kalau ngomong sama yang lain aku-kamu juga?” tanyaku penasaran sambil mengalihkan topik pembicaraan, karena aku tidak suka ketika dia bercerita dengan murung betapa menyedihkannya punya pacar. Selain itu, aku penasaran karena dari dulu ketika dia bicara pasti selalu menggunakan kosakata aku-kamu.

“Hmm, ngga sih. Paling kosakata ini aku pake ke orang-orang yang deket aja, kaya kamu, Reni, dan ke orang tua. Kalau ke yang lain yaa menyesuaikan kalo mereka pake gue-elo ya aku ikutin, tapi kalau ke orang formal sih saya.” Jelasnya
Aku manggut-manggut mengerti. 

“Val, menurut kamu kalau misalnya aku putusin Anggi gimana?” tanyanya. Sontak aku membelalakan mata ku, kaget. Dahi ku mengernyit bingung, sepertinya dia paham

“nggaa, lupain aja.”
Aku langsung mengangkat alis, dan kembali membuka laptop.
“Vallll...” mendengarnya, aku langsung memutar bola mataku.

“Pukul dua siang sebentar lagi, ayo”Iingatnya, aku langsung melihat jam tanganku, yaap betul. Mata kuliah kali ini aku memang sekelas dengannya, entah kenapa bisa begitu. Yang penting sekelas hehe.

“Yuk!”

Sepanjang jalan kami mengobrol dan dia curi-curi mau menggandeng tanganku, namun aku selalu pura-pura menunjuk atau apapun itu agar dia tidak menggandengku. 

“HEHH VALRA!! CEWEK GENIT!” huft. Pasti Anggi. Dia menarik punggungku. Aku menatapnya dengan santai, dan menyadari bahwa ini adalah awal aku dan Reno akan semakin jauh. Tapi, semoga tidak.

“LO ITU NGAPAIN SIH JALAN SAMA RENO TERUS?!” ucapnya dengan wajah yang memerah dan mata yang melotot. Seram. Aku langsung memberi kode kepada Reno. Dia langsung menarik Anggi dan menjelaskan. Entah apa yang dibicarakan, tapi yang jelas sebentar lagi dosen akan masuk! Karena dia sedang melangkah menuju kesini!!! Panikkk, bagaimana caranya menarik Reno agar terlepas dari Anggi yang jahat iniii. Ah iyaa.

“Kak Anggiii yang cantik yang baik, udah dulu yaa, dosen udah on the way, Reno nya aku pinjem dulu yaa. Dadaaahh” aku langsung menarik baju Reno dan mengajaknya berlari, karena kalau tidak begini Anggi pasti menahannya dulu dan mengungkapkan sejuta kata sayang-sayangan, dan larangan lainnya yang akan membuat Reno terlambat. Aku bisa saja meninggalkan Reno, tapi kasihan kan. Saat aku berbalik badan, Anggi sedang berkacak pinggang menatapku sinis.
‘BRAKK’ aku tak sengaja menggebrak pintu kelas, semua yang sudah berada di kelas sontak kaget dan mengumpatku

“Fyuuhh... maaf maaf.” Kataku
Dosen pun masuk, dan memberi materi juga tugas seperti biasa. Hft, hidupku penuh tugas, lalalala senangnya.
            Bicara tentang Anggi, ya seperti yang kalian tahu bahwa Anggi adalah pacar Reno. Dia cantik, mungil, rambutnya hitam dan bagus. Kelihatannya dia sangat sayang pada Reno, dan tak ingin kehilangannya. Pernah waktu itu Reno menjemputku dari perpustakaan daerah karena sudah larut malam dan saat itu hujan, kalian tahu apa yang Anggi lakukan selama Reno bersamaku? Pasti tidak, sekarang ku beri tahu. Dia terus mengawasi kami lewat panggilan video, sedikit saja bicara, dia akan bilang ‘Hehh!! Jangan ngobrol-ngobrol!” sudah seperti diawas saat ujian. Kalian juga harus tahu, bahwa Anggi adalah kakak dari Sarah.
~~~
  

See u soon on next part
Cerpen . Cerita pendek . cerita pendek persahabatan . cerita pendek yang panjang . cerita pendek pertemanan . dilan . cerpen rindu . pulang 


1 komentar:

Anonim mengatakan...

Next

Diberdayakan oleh Blogger.

Translate